All Activity
- Past hour
-
Candids
-
Julia Garner
robaceuk started following Mara Lafontan
- Vintage covers
Dansmith1 started following Whitney ThornqvistPieter073 started following Ines Derreumaux- Beautiful Models from LC Waikiki
- Vintage covers
Wow, thank you @Ingmari , these covers are wonderful, they look like paintings. I believe all of them are from the 40s. I have many from the 50s, with models without IDs. They are a middle ground between these and those from the 60s, they look more like painted photos.xjc616 started following Sonya Zoloeva- Mary Matthews
- Mary Matthews
Thank you so much for more of Mary!!!- Frida Aasen
Frida in Alo is always a winning combination.yula77 joined the community- Today
- Vintage Model IDs
It's the same model but the eye color changes,compcard says blue, in the two Vogue photos it's light green.Kusfiq started following Model ID Alternate Thread (Post Inquiries Here)- Model ID Alternate Thread (Post Inquiries Here)
Who is this baddie? She models for VICTIM15 https://www.instagram.com/p/DGdvs48TfLb/?img_index=1 https://www.instagram.com/p/DE72YYiyS2u/- Alison Brie
- Frida Aasen
- Frida Aasen
- Beautiful women in strapless dresses - The Tournament
Ashika Pratt advances to the next round where she will face Bridget Satterlee! Here is the third duel of the first round. Lisa-Marie Jaftha vs Anne de Paulakruso started following Karolina Anvelt- Karolina Anvelt
- Kendall Jenner
Cameron Hammond Spoiler cameron_hammond_1754313472_1044994210.mp4 cameron_hammond_1754313246_3691768856999618892_1044994210.mp4shaq_a started following Oceane Le Ny- Model ID Alternate Thread (Post Inquiries Here)
- Post Your Crush Of The Day.
- Now Playing
- Margaret Qualley
Cosmopolitan - The Anniversary Issue https://www.cosmopolitan.com/entertainment/celebs/a65531408/margaret-qualley-interview-2025/ Clips cos-mq-loop-01-onsite-final-2-1-688bc78711bfd.mp4 cos-mq-loop-02-onsite-688bbc2486b13.mp4 cos-mq-loop-03-onsite-688bc7c1e1248.mp4- Jessica Biel
Anasxs changed their profile photo- Angelina Jolie
- Menulis untuk Bertahan: Ketika Kata-Kata Adalah Ruang Napas
Aku tidak menulis untuk menjadi terkenal. Aku menulis karena di dalam kepalaku terlalu banyak hal yang mendesak keluar. Kadang aku tak tahu harus mulai dari mana, tapi aku tahu satu hal: diam terlalu lama membuat semuanya terasa berat. Beberapa tahun terakhir, dunia digital membentuk cara berpikirku. Semua terasa seperti perlombaan: membuat judul yang clickable, paragraf yang ringan dibaca, dan kalimat pembuka yang menjerat rasa ingin tahu. Aku belajar tentang SEO, tentang bagaimana kata kunci bisa menarik ribuan mata asing. Tapi di tengah semua itu, aku kehilangan mataku sendiri. Menulis artikel untuk algoritma tidak sama dengan menulis untuk pulih. Dan kadang, di antara strategi dan struktur, ada bagian dari diriku yang tidak ikut masuk ke dalam draft. Ia tertinggal, diam-diam, menunggu aku kembali. Sampai akhirnya aku membuat satu halaman khusus. Tanpa struktur SEO. Tanpa target traffic. Hanya tempat untuk bernapas lewat tulisan. Halaman itu bernama entanglements — ruang di mana aku tidak harus menjelaskan segalanya, hanya merasakannya. Aku mulai menyadari sesuatu: menulis bukan soal siapa yang membaca, tapi siapa yang kita dengarkan. Jika kita terlalu sibuk menyusun kata untuk orang lain, lama-lama kita kehilangan kemampuan mendengar diri sendiri. Dan itulah hal paling mahal dalam proses kreatif. Aku tidak anti strategi. SEO adalah alat penting dalam pekerjaan ini. Tapi setiap alat, tak peduli sekuat apa, butuh kendali. Dan kendali itu bukan berada pada jumlah klik, tapi pada niat awal kita menulis. Kadang aku bertanya, apa jadinya jika aku berhenti menulis demi performa, dan mulai menulis demi keberadaan? Bukan untuk menjawab tren, tapi untuk mengurai benang yang kusut di dalam dada. Bukan untuk ditemukan Google, tapi untuk menemukan kembali versi diriku yang pernah hilang. Kalau kamu pernah menulis hanya agar didengar, aku mengerti rasanya. Tapi kalau kamu pernah menulis agar tidak hancur, mungkin kita sedang melalui jalan yang sama. Menulis tidak harus membuatmu berhasil. Tapi setidaknya, menulis bisa membuatmu bertahan.- Doutzen Kroes
Terlilit dalam Jaring yang Kita Bangun SendiriBeberapa tahun lalu, aku pernah berpikir bahwa semakin sibuk aku terlihat, semakin bernilai aku sebagai manusia. Aku mengejar angka, jam kerja, traffic situs, dan kata kunci yang ramai dicari. Dari luar mungkin tampak seperti aku sedang membangun sesuatu yang besar. Tapi di dalam, aku mulai tersesat. Aku menyebut fase itu sebagai entanglement—sebuah lilitan halus yang tidak terasa saat ia membelit. Aku terlalu fokus pada SEO, pada algoritma, pada apa yang harus ditulis agar dibaca, agar diklik, agar naik di mesin pencari. Dan secara perlahan, aku lupa rasanya menulis untuk diriku sendiri. Ketika aku menulis artikel dengan perhitungan keyword, struktur heading, dan strategi link building, aku tahu itu penting. SEO adalah alat. Ia bisa membawamu jauh, kalau kau tahu ke mana ingin pergi. Tapi seperti pisau tajam, alat ini juga bisa menusuk balik kalau tak tahu kapan harus berhenti. Suatu malam aku membaca ulang tulisanku. Aku sadar, aku sudah terlalu banyak menyunting perasaanku sendiri demi keterbacaan. Terlalu banyak merapikan sudut tajam dalam pikiranku agar bisa diterima. Dan di situlah aku mulai mencari lagi: bagian dari diriku yang hilang di antara halaman yang dioptimasi. Tulisan ini lahir dari keinginan untuk berhenti sejenak. Untuk mengakui bahwa bahkan orang yang paham cara “menaklukkan” Google pun bisa terjebak di dalam jaringnya sendiri. Dan mungkin, kamu juga pernah atau sedang merasakannya. Aku mengajakmu membaca satu halaman yang aku beri judul entanglements. Di sana aku membiarkan kalimat mengalir tanpa optimasi. Tanpa harapan viral. Tanpa niat membuat siapa pun mengklik selain mereka yang benar-benar ingin tahu isi dari pikiranku. Karena di balik semua teknik marketing, strategi konten, dan analisa performa, kita tetap butuh satu ruang untuk menjadi manusia. Bukan produk. Bukan statistik. SEO bisa menjadi jembatan. Tapi jangan biarkan ia jadi penjara. Catatan kecil: Menulis itu bukan hanya tentang siapa yang membaca. Tapi juga tentang bagaimana kita memahami diri sendiri saat menulis. Dan kadang, dalam sunyi itulah kita menemukan suara yang paling jujur.- Marie Garel Weiss